zulhendri
Sabtu, 22 Juni 2013
Bersyukur Tidak Mengenal Waktu
Kamis, 19 November 2009
Kapan Manusia Sadar?
Akhir akhir ini semakin banyak cobaan bagi kita umat manusia, mulai dari banjir, tanah longsor, gempa bumi, wabah demam berdarah. Bahkan binatang ternaknya dan tanaman bagi kebutuhan hidup juga terkena musibah seperti adanya flu burung tak sedikit kerugian penduduk akibatnya, penyakit mulut dan kuku sapi serta banyaknya sawah ladang kerendam banjir yang kesemuanya dapat pula menyengsarakan kita.
Kesemuanya itu merupakan cobaan bagi kita, apakah akan kembali kepada Allah atau semakin kufur menanti ujian yang lebih dahsyat lagi seperti ditimpakan pada umat umat terdahulu. Bila manusia sebagai ciptaan Allah belum juga sadar bahkan membelakangi Penciptanya tunggu sajalah laknat-Nya.
Jika kita amati kehidupan sebagai besar umat termasuk yang telah beriman kepada Allah, mereka sudah tidak mengindahkan lagi aturan agamnya. Mereka berbuat semaunya merusak hutan, menggali lokasi tambang, penggalian pasir darat dan laut, mendirikan bangunan menyumbat aliran sungai yang akhirnya menimbulkan mudhorat seperti dikemukakan diatas. Tuhan mengingatkan agar tidak merusak di muka bumi, tapi nyatanya
Untuk itu ke depan, marilah kita berfikir yang lebih sehat untuk tidak berbuat keliru yang akibatnya tidak saja kita sekarang yang merasakan akibatnya, akan tetapi juga kelak anak cucu kita termasuk fauna dan flora yang meruapakan kebutuhan kita dicipatakan Allah. (ai).
Selasa, 17 November 2009
selamat datang di blog aku
tak ada yang dapat kutuliskan banyak disini , untuk memulainya .mungkin dilain waktu bila aku ada ide ide baru.
terimakasih
Kamis, 20 Agustus 2009
Si Pelit by Aesop
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.